A. Tujuan Umum
Peserta diharapkan mampu memahami pengelolaan jalan nafas dan pernafasan merupakan bagian dari Bantuan HIdup Dasar atau Basic Life Support dan mampu menyelamatkan jiwa pasien yang terancam karena gangguan kelancaran nafas dan pernafasa.
B. Anatomi dan Faal Jalan Nafas
Untuk mempertahankan hidup manusia harus selalu mendapat pasokan oksigen yang ada di udara ini. Udara dihisap masuk tubuh melalui hidung atau mulut. Melalui hidung udara akan menyesuaikan suhu dan kelembaban udara dengan tubuh. Hidung dilengkapi concha superior, medius dan inferior agar dapat memperluas permukaan kontak udara pernafasan dengan tubuh. Hidung juga dilengkapi bulu sebagai penyaring udara. Bagian hidung berhubungan dengan naso-faring, kemudian kebawah menjadi oro-faring dan laringo-faring organ ini selain digunakan untuk jalan udara juga dilalui oleh msksnsn pada waktu menelan. Makanan yang ditelan akan melalui osophagus, yang mana pada proses menelan larynx menetup oleh epiglotis. Laring adalah jalan nafas diantara faring dan trakhea, dimana disini ada pita suara dan tulang rawan. Di rongga mulut ada lidah yang berinsersi pada mandibula dan merupakan otot seran lintang. Otot lidah dapat kontraksi dan relaksasi padfa posisi terlentang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas parsial atau total. Keadaan ini dapat mengancam pasien yang tidak sadar diri (coma).
Pada jalan nafas bagian atas ada beberapa pertahanan tubuh yaitu refleks bersin, batuk muntah dan menelan. Semuanya terjadi pada orang sadar tetapi dapat menurun seiring dengan penurunan kesadaran.
Setelah melalui laring udara akan masuk trakhea, kemudian bercabang menjadi bronkhus kanan dengan cabang 300 dan kiri dengan cabang 450. Bila endotracheal intubasi terlalu dalam dapat menjadi endobronkhial kanan, sehingga paru kiri tidak dapat udara pernafasan. Tulang rawan trakhea berbentuk tapal kuda, kecuali krikoid ini berbentuk cincin.
C. Macam-macam Gangguan Jalan Nafas
Pembagian menurut berat ringannya gangguan :
1. Obstruksi total, yaitu sumbatan di faring atau laring secara total, sehingga tidak ada aliran udara.
2. Obstruksi parsial, dimana gangguan pasase udara pernafasan tidak total. Pernafasan sebagian masih dapat lewat dengan menimbulkan suara mendengkur, berkumur dan bersiul atau parau.
3. Jalan nafas yang harus diwaaspadai, jalan nafas masih baik, tetapi sangat menghawatirkan karena sewaktu-waktu dapat terjadi sumbatan. Keadaan yang harus diwaspadai adalah :
a. Trauma wajah yang dapat menyebabkan fraktur/dislokasi dengan gangguan orofaring dan nasofaring. Fraktur ini dapat menyebabkan perdarahan, sekresi yang meningkat serta avulsi gigi yang dapat mengganggu jalan nafas.
b. Fraktur ramus mandibula terutama bilateral, menyebabkan lidah jatuh ke belakang dan gangguan nafas saat tidur terlentang.
c. Perlakuan daerah leher mungkin ada gangguan jalan nafas karena ruksaknya laring dan trakhea atau karena pendarahan yang menekan jalan nafas.
d. Ada cairan lambung, muntahan darah atau yang lainnya dimulut atau orofaring.
e. Edema laring akut karena trauma dan infeksi.
D. Mengenal Gangguan Jalan Nafas
Ketika menemukan pasien kritis, lakukanlah pemeriksaan kesadaran. Dengan kriteria kesadaran :
A = Alert : Sadar
V = Verbal respon : Merespon saat ditanya
P = Pain respon : Merespon dengan rangsang sakit
U = Unresponsive : Tidak bereaksi sama sekali (Coma)
Berikut ini adalah tanda objektif adanya sumbatan pada jalan nafas, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Lihat (Look) : Pasien mengalami agitasi, tidak dapat berbicara dan penurunan kesadaran sianosis.
2. Dengar (Listen) : Adanya suara pernafasan abnormal yang menunjukan adanya sumbatan jalan nafas.
3. Rasakan (Feel) : Tidak adanya aliran udara ekspirasi dapat didengarkan atau dirasakan.
E. Pengelolaan Jalan Nafas
Penilaian dan pembebasan jalan nafas harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Tujuannya untuk oksigenasi pada pasien baik dengan atau tanpa tambahan oksigen.
1. Pengelolaan jalan nafas tanpa alat
a. Angkat dagu (Chin Lift)
b. Tengadah dahi (Head Tilt)
c. Angkat dagu dan tengadah dahi (Head Tilt – Chin Lift)
d. Dorong rahang (Jaw thrust)
2. Pengelolaan jalan nafas dengan alat
Manufer ini bersifat sementara untuk penyelamatan jiwa. Tetapi setelah dilepaskan obstruksi lagi oleh lidah yang jatuh kebelakang, karena penolong tidak mungkin memegang pasien maka diperlukan bantuan alat untuk mempertahankan kelancaran jalan nafas. Berikut adalah alat untuk menompang kelancaran jalan nafas :
a. Pipa oro-faring dan naso-faring : Alat ini ditempatkan lewat mulut atau hidung sampai daerah faring.
b. Sungkup laring (Laryngeal Mask airway) : Sungkup yang dimasukan rongga mulut dalam keadaan kempes, kemudian disis udara 20-30 ml.
0 Response to "PENGELOLAAN JALAN NAFAS DAN PERNAFASAN"
Post a Comment